Apa jadinya jika orang yang sudah meninggal dunia selama 29 tahun hidup kembali? Ini cerita lengkapnya.
Minggu (17/3) tersiar kabar yang menggegerkan warga Desa Pijot, Kec. Keruak, Kab. Lombok Timur. Kabar tak biasa yang membuat warga berduyun-duyun menuju rumah Fuan Sukma, Kades Pijot. Bukan untuk demo, tapi untuk melihat secara dekat sosok orang yang sudah 29 tahun meninggal lalu hidup lagi.
Namanya H. Ilyas, mantan kades Desa Pijot, ayah dari Fuan Sukma (kades sekarang). Sudah meninggal pada tahun 1984 dan dikuburkan di desa itu.
Saya yang kebetulan sedang ada di Lombok mendengar ini merasa penasaran juga. Kabar aneh yang layak untuk ditelusuri. Kontan saya menghubungi teman, yang menjabat kades juga, yang dekat dengan rumah kades Pijot. Menanyakan informasi tentang kabar ini. Ia mengatakan, kabar itu sudah banyak versi yang tersebar di masyarakat. Ada yang bilang informasi bohong, ada yang mengiyakan dengan bumbu-bumbu mistis, dan lainnya.
Ia kemudian memberikan nomor HP kades Pijot, agar saya hubungi langsung, agar informasinya langsung dari sumber A1. Saya pun kemudian menghubungi nomor yang diberikan. Hari pertama tidak bisa terhubung. Baru hari kedua terhubung.
Fuan Sukma pun kemudian menjelaskan secara detail mengenai kabar ini:
Sekitar tahun 2010 ada orang sedesanya yang bilang bahwa di Mangalili, Sulawesi Selatan, ia melihat sosok yang mirip sekali dengan H. Ilyas. Kades ini tidak terlalu menanggapi kabar itu. Orang sudah meninggal dunia pikirnya. Dua tahun kemudian, ada yang menelepon dan mengaku bahwa dirinya H. Ilyas. Ia mengatakan tidak mungkin, karena sudah meninggal. Lantas orang yang menelpon itu menyebutkan nama ibunya, nama saudara-saudaranya. Ia pun menanyakan pohon kelapa yang ada di kebun masih ada atau tidak dan menanyakan beberapa pohon yang ada di dekat sumur rumah yang masih ada sampai sekarang. Sukma pun kaget, kok bisa tahu. Mulailah ia agak percaya dengan pengakuan itu.
Jumat (15/3), H. Ilyas ini mendatangi rumahnya dengan menaiki kapal Perry. Dari fisiknya banyak kesamaan, rupa, bekas luka, tinggi badan, raut muka, dan lainnya. Hanya saja ada yang beda: warna kulit H. Ilyas yang dulu agak hitam, namun sekarang putih. Mengenai warna kulit ini, Sukma mengatakan kalau kulit bisa berubah-ubah.
Sukma sendiri ketika ditanya apakah dirinya yakin bahwa orang itu adalah ayahnya yang sudah meninggal, ia bilang tidak yakin sepenuhnya. Hanya ia berpikir positif saja.
“Saya ambil hikmahnya saja, mungkin orang ini hanya mirip dengan bapak saya yang sudah meninggal. Mungkin juga arwah ayahnya yang masuk ke dalam dirinya untuk mengingatkan ia pada ayahnya”, kata Sukma.
Kemudian ketika ditanya apakah H. Ilyas yang sekarang bisa bahasa Sasak (bahasa daerah Lombok) ataukah tidak. Ia bilang tidak bisa. Karena memang dari dulu ayahnya tidak begitu lancar bicara Sasak. Sebab ayahnya bukan asli orang Lombok, melainkan pendatang dari Sulawesi. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bukan bahasa Sasak. Hanya Sukma aja yang lancar bahasa Lombok.
Menurut Sukma, H. Ilyas yang sekarang mengaku telah berumur 100 tahun lebih. Mendekati dengan umur ayahnya yang pada saat meninggal 29 tahun lalu berumur 74 tahun.
Di Koran lokal Lombok Tengah (Radar Mandalika), Senin (18/3) terlihat ada yang menurunkan berita tentang peristiwa ini, yang memuat juga keterangan H. Ilyas. Ketika ditanya apakah betul ia sudah meninggal. H. Ilyas mengatakan betul ia sudah meninggal, tapi entah bagaimana, ia tidak ingat tiba-tiba dirinya sudah ada di Mangalili, Sulsel.
Di Koran Lokal disebutkan tempatnya bukan Mangalili tapi Manggarai NTT tapi informasi langsung dari Fuan Sukma kepada saya, di desa Mangalili, Sulsel.
Apakah Sukma akan meminta ayahnya yang sekarang untuk tinggal ataukah bagaimana, ia sendiri menyebutkan terserah keinginan H. Ilyas. Ia tidak mau meminta menetap atau menyuruh pergi. Tidak juga berkeinginan untuk test DNA misalnya, karena itu tadi, ia berpikir positif saja. Bisa saja hanya mirip tapi arwah ayahnya yang masuk ke dalam dirinya.
Sukma menjelaskan bahwa sekarang ratusan bahkan ribuan orang datang ke rumahnya untuk mengobati orang-orang yang datang. Mendoakan dan sebagainya. Orang-orang ramai banyak meminta berkah sejak tersiar kabar itu.**[harjasaputra]
No comments:
Post a Comment