Friday, November 22, 2013

Betulkah Komodo Hewan Terkejam di Dunia?

PULAU KOMODO, KOMPAS.com — Harimau tidak pernah memakan anaknya. Ungkapan ini sering disampaikan oleh orangtua-orangtua dahulu untuk ibu manusia agar mencintai anaknya.
Ungkapan itu juga memiliki arti, sebagai hewan paling buas, ternyata induk harimau memiliki naluri ibu yang sangat baik.
Ibu harimau akan mengandung anaknya, menyusui, mengasuh anak dengan kasih sayang, sampai sang anak dapat hidup sendiri.
Buaya sebagai hewan buas di air juga merupakan induk yang penyayang. Jangan coba-coba mendekat ke lokasi induk buaya yang sedang mengeram kalau tidak mau dikejar dan di mangsa.
Ketika telurnya menetas, induk buaya dengan sangat hati-hati membawa anak-anaknya ke air menggunakan mulutnya.
Anak-anak yang masih belum memiliki kemampuan bertahan itu berada di sela-sela gigi induknya yang sangat tajam, tanpa tersakiti.
Lain harimau dan buaya, lain pula komodo. Hewan asli Indonesia yang baru saja dikategorikan sebagai tujuh keajaiban baru dunia ini disebut-sebut sebagai hewan yang lebih kejam dibanding harimau.
Pernyataan itu bukan disampaikan oleh orang biasa. Bupati Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Agustinus Ch Dula, sangat percaya itu.
Menurutnya, predikat kejam itu merupakan salah satu keistimewaan komodo.
“Induk komodo merupakan hewan yang paling kejam di dunia. Naluri keibuannya hanya sampai tahap mengerami telur. Begitu anaknya menetas, anak komodo harus cepat berlari menuju pohon atau bersembunyi di lubang. Kalau tidak, induknya akan memakan anaknya,” kata Bupati Kabupaten Manggarai Barat Agustinus Ch Dula.
Benarkah komodo sebagai hewan terbuas? Benarkah hanya komodo sebagai hewan yang memakan anaknya sendiri?
Dalam sebuah film dokumenter yang ditayangkan televisi National Geografic, di Afrika, pernah ditemukan seekor induk macan tutul memakan anaknya yang masih bayi.
Hanya, anak macan itu sudah mati terlebih dahulu. Matinya pun akibat ditelan oleh seekor ular sanca besar saat sang induk pergi mencari makan.
Ketika induk macan pulang membawa hasil buruan, dia tidak menemukan anaknya di tempat persembunyian yang sebenarnya sangat sulit dijangkau hewan lain karena dipenuhi onak dan duri.
Ternyata, setelah meneliti saksama, induk macan itu melihat seekor ular sanca besar yang kesulitan bergerak, terjebak di onak dengan perut gembung.
Induk macan itu sangat marah dengan ular yang memakan anaknya. Dengan berani mati, dia mendatangi ular besar itu untuk membuat perlawanan.
Dalam kondisi normal, ular itu sebenarnya dapat memangsa induk macan itu. Namun, dengan naluri ibu, induk macan itu melawan tanpa peduli dengan keselamatannya lagi dan satu serangan dia berhasil mencakar ular.
Sang ular akhirnya tahu bahwa dia tidak mungkin menang melawan induk macan yang marah dan dengan perut buncit.
Ular itu kemudian memuntahkan anak macan ke tanah dan pergi berlalu tanpa diganggu induk macan.
Saat melihat anaknya mati, induk macan itu mengaum keras dan sesekali dia mencium anaknya. Sekitar 15 menit setelah itu, induk macan menjilati dan kemudian dengan perlahan dia mulai memakan anaknya.
Muncul pertanyaan, apakah induk macan itu sangat kejam? Tidak. Secara naluriah, induk macan itu justru sangat sayang kepada anaknya.
Kalaupun anaknya dibiarkan di tempat itu, dalam waktu singkat, bangkai anaknya pasti akan dimakan singa, hyena, atau hewan buas lain. Jadi, daripada dimakan oleh hewan lain, lebih baik dia memakan anaknya. Film itu begitu sering diulang karena peristiwa itu memang sangat mengharukan.
Kembali soal komodo. Benarkah induk komodo kejam terhadap anaknya? Jawabannya masih belum pasti.

No comments:

Post a Comment